revisednews.com Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya, menyampaikan apresiasi mendalam terhadap hasil pertemuan Forum Sesepuh Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri. Pertemuan tersebut menjadi perhatian publik karena dihadiri para kiai sepuh yang selama ini menjadi rujukan spiritual dan moral bagi warga Nahdliyin.
Dalam pernyataannya, Gus Yahya menegaskan bahwa hasil diskusi para sesepuh merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap perjalanan organisasi NU. Ia menilai perhatian tersebut menjadi energi positif yang harus disambut dengan lapang dada dan penuh rasa hormat. Menurutnya, kehormatan terbesar bagi PBNU adalah menerima nasihat dari para guru yang selama ini menjadi pijakan moral bagi dunia pesantren dan umat.
Gus Yahya juga mengatakan bahwa pertemuan itu memperlihatkan bahwa para kiai sepuh terus mengikuti perkembangan organisasi. Mereka memberikan masukan dengan penuh cinta dan tanggung jawab, bukan untuk mengkritik atau menekan, tetapi untuk menguatkan jam’iyah dan memastikan NU tetap berada pada jalur perjuangan yang benar.
Pesantren Ploso Menjadi Ruang Musyawarah Sesepuh
Pondok Pesantren Al-Falah Ploso yang menjadi tuan rumah dalam pertemuan tersebut dikenal sebagai salah satu pesantren besar di Kediri. Tempat ini telah lama menjadi pusat keilmuan dan titik temu para kiai dari berbagai wilayah. Pertemuan Forum Sesepuh NU yang digelar di sana menggambarkan kuatnya tradisi musyawarah di lingkungan pesantren.
Para sesepuh berdiskusi mengenai dinamika yang berkembang di tubuh NU. Pembahasan mencakup berbagai isu internal, tantangan umat, dan masa depan organisasi. Sebagai sosok yang sudah sangat matang dalam pengalaman dan keilmuan, para kiai sepuh memberikan pandangan luas yang mengedepankan hikmah, ketenangan, dan kejernihan berpikir.
Momentum pertemuan tersebut tidak hanya memotret kekuatan intelektual para kiai sepuh, tetapi juga menunjukkan pentingnya menjaga tradisi musyawarah sebagai bagian dari kultur NU. Tradisi ini menjadi fondasi dalam menyelesaikan berbagai persoalan dengan menjaga akhlak, etika, dan nilai keadaban yang diajarkan para pendiri NU.
Bentuk Perhatian Terhadap Jam’iyah Nahdlatul Ulama
Menurut Gus Yahya, perhatian para sesepuh dalam forum tersebut merupakan bentuk cinta yang besar terhadap NU. Mereka mengikuti dengan cermat dinamika yang terjadi di tingkat pusat hingga daerah. Perhatian tersebut lahir dari rasa tanggung jawab bersama untuk menjaga keberlanjutan NU dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.
Gus Yahya menilai kepedulian itu sebagai kesempatan bagi PBNU untuk terus memperbaiki diri. NU sebagai organisasi besar dengan jutaan pengikut memiliki tantangan berat dalam hal konsolidasi, penguatan kelembagaan, dan peningkatan kontribusi terhadap umat. Masukan dari para kiai sepuh menjadi pencerahan dalam merumuskan langkah ke depan.
Ia mengingatkan bahwa posisi para sesepuh selalu terhormat dalam tradisi Nahdliyin. Mereka tidak hanya menjadi penjaga nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah, tetapi juga menjadi penuntun dalam mengambil keputusan besar di lingkungan NU. Karena itu, PBNU berkomitmen menerima setiap masukan mereka dengan penuh tawaduk.
NU di Tengah Tantangan Zaman
Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perkembangan sosial politik, perubahan budaya digital, hingga pendidikan pesantren yang perlu terus diperkuat. Dalam menghadapi situasi tersebut, peran para sesepuh menjadi sangat penting untuk menjaga arah perjuangan tetap lurus.
Gus Yahya menegaskan bahwa nasihat para kiai sepuh selalu relevan. Mereka memberikan pandangan yang memberi keseimbangan agar NU tidak terjebak pada isu-isu instan yang seringkali menimbulkan kegaduhan. Sebaliknya, NU dituntut untuk tetap menjadi penyejuk, pembawa kedamaian, dan kekuatan moral bagi bangsa.
Tantangan era digital juga menjadi sorotan penting. Dalam situasi informasi yang bergerak cepat dan cenderung memicu polarisasi, NU perlu mengambil peran sebagai penjernih pemikiran. Pendidikan keagamaan dan moral yang diajarkan dalam pesantren harus mampu menjawab kebutuhan generasi muda agar tidak terjebak dalam arus informasi tanpa filter.
Penguatan Organisasi Berbasis Nilai Pesantren
Dalam konteks penguatan organisasi, Gus Yahya menekankan bahwa NU harus terus berjalan sesuai nilai-nilai pesantren. Kearifan lokal yang menjadi fondasi NU harus menjadi pedoman dalam merespons situasi apapun. Nilai-nilai seperti tawaduk, tasamuh, dan moderasi harus tetap dijaga dalam setiap langkah organisasi.
Pertemuan Forum Sesepuh NU memberikan gambaran bahwa NU tidak pernah berdiri sendiri. Ada kekuatan besar dari para guru dan ulama yang selalu menjaga perjalanan jam’iyah. Hal ini menjadi modal utama bagi PBNU untuk terus memperkuat barisan, mengembangkan program-program yang relevan, dan membangun hubungan harmonis dengan berbagai pihak.
Harapan ke Depan Setelah Pertemuan Para Sesepuh
Di akhir pernyataannya, Gus Yahya menyampaikan harapan agar hasil pertemuan para sesepuh menjadi inspirasi bagi seluruh pengurus NU, baik di tingkat pusat maupun daerah. Ia ingin setiap masukan diterjemahkan ke dalam tindakan nyata demi kemajuan bersama. NU, menurutnya, harus menjadi organisasi yang selalu siap membawa maslahat bagi umat.
Ia juga menambahkan bahwa komunikasi antara PBNU dan para kiai sepuh akan terus diperkuat. Hal ini penting agar setiap perkembangan dapat disikapi dengan bijak dan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, NU tetap kokoh sebagai organisasi yang memiliki akar kuat, visi besar, dan dedikasi tinggi untuk kehidupan kebangsaan.

Cek Juga Artikel Dari Platform lagupopuler.web.id
