revisednews.com Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau yang akrab disapa Mualem, tak mampu menahan air mata saat menceritakan kondisi terkini bencana banjir dan longsor yang menghantam sejumlah wilayah di Aceh. Dalam penyampaiannya, ia terlihat sangat terpukul dengan situasi yang terjadi. Banyak kampung rusak berat, sementara beberapa lainnya bahkan hilang sepenuhnya tanpa meninggalkan jejak apa pun.
Ungkapan emosional dari seorang pemimpin daerah bukan hal yang sering terlihat. Namun, besarnya kerusakan akibat bencana ini membuat siapa saja akan luluh. Mualem menggambarkan bencana tersebut sebagai pukulan yang sangat dalam. Menurutnya, dampak yang dirasakan masyarakat begitu berat dan tidak bisa dipandang sebagai insiden biasa.
Dalam pernyataannya, ia berkali-kali menegaskan bahwa kehancuran ini bukan sekadar banjir atau longsor biasa. Apa yang terjadi lebih mirip peristiwa besar yang mengubah wajah permukiman dalam sekejap.
Bagaikan Tsunami Kedua yang Menghantam Aceh
Mualem menyebut bencana yang terjadi beberapa hari terakhir sebagai “tsunami kedua” bagi Aceh. Pilihan kata tersebut bukan tanpa alasan. Banyak warga dan pejabat daerah yang menyaksikan langsung bagaimana derasnya arus air membawa rumah, pepohonan, tanah, serta seluruh benda apa pun yang dilewatinya.
Beberapa kampung yang dulunya ramai kini berubah menjadi daratan kosong. Ada daerah yang awalnya berpenduduk padat tiba-tiba sepi seperti tak pernah dihuni. Banyak warga kehilangan rumah, keluarga, bahkan tanda-tanda lokasi kampung mereka pun sulit dikenali kembali. Situasi ini menggugah trauma lama tentang tsunami besar yang pernah menghantam Aceh di masa lalu.
Menurut Mualem, masyarakat yang selamat mengalami guncangan psikologis luar biasa. Banyak dari mereka masih terdiam, bingung, dan belum sepenuhnya menerima kenyataan bahwa kampung mereka hilang begitu saja. Kondisi ini membuat pemerintah daerah harus memberi perhatian bukan hanya pada bantuan fisik, tetapi juga pemulihan mental warga.
Beberapa Kampung Hilang Tanpa Jejak
Laporan sementara dari sejumlah tim lapangan menunjukkan beberapa kampung di Aceh benar-benar hilang. Tidak ada lagi rumah, jalan, atau fasilitas umum yang terlihat. Di beberapa titik, hanya tersisa lumpur tebal, bongkahan kayu, serta puing-puing kecil yang tidak lagi bisa diidentifikasi.
Petugas yang mencoba menelusuri jejak kampung tersebut kesulitan menentukan batas wilayah. Struktur geografis berubah total akibat longsoran besar dan banjir bandang. Aliran sungai yang sebelumnya dikenal masyarakat turut berubah arah, membuat proses pencarian semakin menantang.
Kondisi ini menjadi salah satu hal yang membuat Mualem begitu terpukul. Ia menyampaikan bahwa sulit membayangkan bagaimana warga akan membangun kembali kehidupan mereka ketika tempat tinggal mereka pun tidak lagi ada.
Evakuasi dan Pencarian Korban Masih Berlangsung
Hingga kini, proses evakuasi terus dilakukan. Tim SAR, TNI, Polri, relawan, dan warga bekerja bersama menjelajahi titik-titik yang diduga sebagai lokasi permukiman sebelum hanyut atau tertimbun. Banyak medan sulit dijangkau akibat kondisi tanah yang labil dan jalan yang terputus.
Setiap hari, tim gabungan menemukan benda-benda milik warga yang terdampar di lokasi-lokasi tak terduga. Ada yang berupa potongan rumah, pakaian, mainan anak, atau barang-barang pribadi lainnya. Benda-benda kecil inilah yang menjadi saksi betapa dahsyatnya bencana yang terjadi.
Walaupun beberapa daerah sudah mulai dapat diakses, masih banyak kawasan yang tertutup total oleh material longsor. Proses pencarian membutuhkan kehati-hatian tinggi untuk menghindari longsor susulan yang bisa membahayakan tim di lapangan.
Kerusakan Infrastruktur dan Tantangan Logistik
Selain hilangnya kampung dan jatuhnya korban jiwa, kerusakan infrastruktur menjadi hambatan besar dalam penanganan bencana. Banyak jembatan hanyut atau rusak berat. Jalan desa hingga jalan lintas provinsi mengalami keretakan besar atau tertutup material.
Kondisi ini menyebabkan distribusi bantuan tidak mudah dilakukan. Beberapa wilayah hanya dapat dijangkau lewat jalur udara menggunakan helikopter atau lewat jalur sungai dengan perahu kecil. Pemerintah daerah bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk membuka akses darurat secepat mungkin.
Beberapa posko pengungsian telah didirikan di wilayah yang dianggap aman. Di sana, warga mendapatkan bantuan berupa makanan, air bersih, pakaian, obat-obatan, dan fasilitas kesehatan. Namun, jumlahnya masih belum mencukupi mengingat skala kerusakan yang begitu besar.
Dukungan Moral dan Harapan untuk Pemulihan
Kehadiran Mualem yang menunjukkan emosi mendalam menjadi simbol bahwa pemerintah Aceh benar-benar merasakan penderitaan warganya. Banyak masyarakat yang menyambut baik sikap tersebut karena merasa pemerintah tidak menutup mata terhadap kesedihan mereka.
Ke depan, tantangan terbesar adalah proses pemulihan jangka panjang. Tidak hanya membangun rumah dan fasilitas umum, tetapi juga memulihkan rasa aman warga yang kehilangan segalanya. Pemerintah harus menyiapkan langkah besar untuk memastikan para korban mendapatkan tempat tinggal baru, akses pendidikan, layanan kesehatan, dan dukungan psikologis.
Bencana ini meninggalkan luka besar bagi Aceh. Namun, seperti pengalaman di masa lalu, masyarakat Aceh dikenal kuat dan mampu bangkit kembali. Dengan kerja sama pemerintah, relawan, dan warga, pemulihan diharapkan dapat berjalan lebih cepat dan menyeluruh.

Cek Juga Artikel Dari Platform beritagram.web.id
