Topan Matmo Kembali Hantam Tiongkok Selatan

Internasional

revisednews – Topan Matmo kembali menerjang wilayah selatan Tiongkok pada Selasa malam (7/10), membawa hujan deras, angin kencang, dan gelombang tinggi yang menyebabkan ribuan warga harus dievakuasi. Badan Meteorologi Tiongkok (CMA) mencatat kecepatan angin mencapai 160 kilometer per jam, menjadikannya salah satu badai paling kuat yang melanda kawasan itu sepanjang tahun ini.

Topan Matmo pertama kali muncul di Samudra Pasifik barat daya pada akhir September sebelum bergerak ke arah utara. Setelah sempat melemah di Laut Tiongkok Selatan, badai ini kembali menguat dan mendarat di pesisir Provinsi Guangdong, terutama di wilayah pesisir Zhanjiang dan Maoming, sekitar pukul 21.00 waktu setempat.

Pemerintah daerah langsung memberlakukan status darurat level dua, mengevakuasi lebih dari 65 ribu warga ke tempat perlindungan seperti sekolah dan gedung pemerintah. Sementara itu, lebih dari 1.200 kapal nelayan dilaporkan telah kembali ke pelabuhan untuk menghindari badai.

“Gelombang laut mencapai ketinggian enam meter, dan angin sangat kuat. Kami memastikan semua nelayan sudah dievakuasi,” ujar Liu Wei, pejabat dari Dinas Maritim Guangdong.

Dampak Parah di Infrastruktur

Topan ini menyebabkan pemadaman listrik di sejumlah daerah pesisir, terutama di kota Zhanjiang. Beberapa jaringan listrik dan menara telekomunikasi rusak diterjang angin. Ratusan pohon tumbang, menimpa rumah warga serta menghambat akses jalan utama. Di kota Maoming, jalan raya nasional G325 dilaporkan tertutup akibat longsor ringan yang terjadi setelah hujan deras.

Pemerintah juga menutup sementara tiga bandara utama di Guangdong, termasuk Bandara Zhanjiang, untuk alasan keselamatan. Lebih dari 120 penerbangan domestik dan internasional dibatalkan, sementara layanan kereta cepat di jalur selatan dibatasi hingga kondisi dinyatakan aman.

“Keselamatan publik menjadi prioritas utama. Kami terus berkoordinasi dengan tim penyelamat dan perusahaan listrik untuk mempercepat pemulihan,” ujar Zhang Yifeng, juru bicara Komisi Penanggulangan Darurat Nasional.

Respons Cepat dan Kesiapsiagaan

Lebih dari 15.000 petugas penyelamat dikerahkan untuk membantu warga terdampak, termasuk membangun dapur umum dan menyalurkan bantuan logistik. Stok makanan dan air bersih mulai disalurkan sejak dini hari Rabu ke sejumlah daerah terpencil yang terisolasi akibat banjir.

Badan Meteorologi Tiongkok memperkirakan Topan Matmo masih akan bergerak ke arah utara-timur, melintasi Provinsi Guangxi dan sebagian Fujian dengan intensitas menurun. Namun, potensi hujan deras dan banjir bandang tetap tinggi selama dua hari ke depan.

“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap berada di tempat aman, menjauhi tepi sungai dan lereng gunung yang rawan longsor,” kata Wang Shu, perwakilan CMA.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Sementara kerusakan infrastruktur masih dalam pendataan, pemerintah memperkirakan kerugian ekonomi awal mencapai 2,3 miliar yuan atau sekitar Rp5 triliun. Ribuan hektare lahan pertanian, terutama perkebunan tebu dan padi di kawasan delta Sungai Mutiara, terendam banjir.

Beberapa pabrik di kawasan industri Zhanjiang dilaporkan menghentikan produksi sementara. “Kami memilih menutup pabrik dua hari untuk keamanan pekerja,” ujar Chen Rong, manajer pabrik tekstil lokal.

Di sisi lain, media sosial Tiongkok ramai dengan unggahan warga yang memperlihatkan kondisi badai dari jendela rumah dan apartemen mereka. Banyak yang memuji kesiapsiagaan pemerintah, mengingat Matmo sebelumnya juga pernah menyebabkan korban jiwa saat melanda kawasan Asia Tenggara beberapa tahun lalu.

Cuaca Ekstrem Kian Sering

Para ahli menilai kemunculan kembali Topan Matmo dengan intensitas tinggi menandakan perubahan pola cuaca ekstrem di kawasan Asia Timur. Menurut Zhou Lian, peneliti iklim dari Universitas Nanjing, suhu permukaan laut yang meningkat akibat pemanasan global berperan besar dalam memperkuat badai tropis di wilayah tersebut.

“Frekuensi topan mungkin tidak meningkat, tetapi daya rusaknya jelas makin besar. Ini tanda bahwa sistem mitigasi dan infrastruktur pesisir harus lebih adaptif terhadap perubahan iklim,” ujarnya.

Untuk sementara, kondisi di Guangdong dilaporkan mulai berangsur membaik pada Rabu sore. Meski hujan masih turun ringan, sebagian warga telah diizinkan kembali ke rumah mereka. Namun, pihak berwenang tetap mengingatkan agar masyarakat waspada terhadap topan lanjutan yang berpotensi terbentuk di kawasan Pasifik barat dalam beberapa hari ke depan.