revisednews.com Forum industri sawit terbesar di Asia kembali digelar di Bali International Convention Center.
Kegiatan ini diadakan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan dikenal sebagai Indonesian Palm Oil Conference (IPOC).
Acara ini diikuti lebih dari 1.500 peserta dari dalam dan luar negeri.
IPOC menjadi ajang tahunan penting bagi pelaku industri sawit, pembuat kebijakan, akademisi, dan investor.
Mereka berkumpul untuk membahas kondisi pasar, inovasi, serta arah kebijakan yang akan menentukan masa depan industri.
Tema yang diusung, “Navigating Complexity, Driving Growth: Governance, Biofuel Policy, and Global Trade,” menyoroti tata kelola, biofuel, dan perdagangan global.
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menegaskan bahwa konferensi ini adalah momen penting.
Menurutnya, dunia sedang menghadapi dinamika ekonomi dan lingkungan yang kompleks.
IPOC hadir sebagai ruang untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor demi menjaga daya saing sawit Indonesia di pasar global.
Kolaborasi Lintas Sektor dan Tantangan Global
Eddy menjelaskan, tantangan industri sawit semakin beragam.
Mulai dari tekanan regulasi, perubahan iklim, hingga kebijakan dagang internasional.
Karena itu, kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan lembaga riset menjadi kunci menghadapi masa depan.
“Forum ini bukan hanya tempat berbagi data, tetapi juga mencari solusi bersama,” ujar Eddy.
Ia menambahkan, Indonesia harus terus menunjukkan komitmen terhadap praktik sawit berkelanjutan.
Lebih dari 80 persen perkebunan di Indonesia kini sudah memenuhi standar ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).
Langkah ini menjadi bukti bahwa sawit nasional dapat tumbuh tanpa mengorbankan lingkungan.
Selain itu, Indonesia juga berperan besar dalam memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia dengan standar hijau.
Pembicara Internasional dan Pandangan Global
IPOC menghadirkan banyak pembicara terkenal dari berbagai negara.
Di antaranya Thomas Mielke dari Oil World, Julian McGill dari Glenauk Economics, dan Dorab Mistry dari Godrej International Ltd.
Nama-nama tersebut dikenal sebagai analis terkemuka di sektor minyak nabati global.
Selain itu, hadir pula Ryan Chen dari Cargill Investments China dan Satia Varqa dari FastMarkets.
Keduanya akan memberikan pandangan tentang tren harga, permintaan pasar, serta kebijakan energi hijau yang memengaruhi industri sawit dunia.
Para pembicara menilai, sektor sawit masih memiliki prospek cerah meski menghadapi tekanan global.
Permintaan terhadap biofuel dan bahan baku industri berkelanjutan diprediksi akan terus meningkat.
Keterlibatan Pemerintah dan Arah Kebijakan Nasional
Pemerintah Indonesia ikut berpartisipasi dalam forum ini melalui berbagai kementerian dan lembaga.
Mereka membahas arah kebijakan sawit nasional yang berkelanjutan, adil, dan ramah lingkungan.
Beberapa isu utama yang diangkat antara lain strategi menuju Indonesia Emas 2045, penguatan biofuel, serta dampak EU Deforestation Regulation (EUDR) terhadap ekspor sawit.
Pejabat pemerintah menegaskan komitmen Indonesia untuk tetap menjadi produsen minyak sawit berkelanjutan terbesar di dunia.
Selain itu, kebijakan baru juga diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani kecil.
Pemerintah menilai bahwa masa depan sawit nasional tidak hanya bergantung pada perusahaan besar, tetapi juga pada kekuatan petani rakyat yang menjadi fondasi industri ini.
Pameran Teknologi dan Inovasi Sawit
Selain konferensi, IPOC juga menggelar pameran teknologi dan inovasi.
Lebih dari seratus perusahaan menampilkan produk dan solusi terbaru di sektor hulu hingga hilir.
Mulai dari alat pengolahan tandan buah segar, sistem pengawasan lahan berbasis satelit, hingga produk turunan sawit seperti biofuel dan kosmetik alami.
Ketua Panitia, Mona Surya, mengatakan bahwa pameran ini mencerminkan transformasi industri sawit nasional.
“Sekarang sawit tidak hanya berbicara tentang produksi, tapi juga inovasi dan nilai tambah,” ujarnya.
Menurutnya, sektor ini tengah bergerak menuju ekosistem yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan berorientasi ekspor.
Mona berharap seluruh kegiatan IPOC dapat menjadi sumber inspirasi dan acuan kebijakan untuk pelaku usaha, pemerintah, serta investor.
Harapan Terhadap Masa Depan Sawit Indonesia
Industri sawit telah lama menjadi penopang utama ekspor nonmigas Indonesia.
Namun, tekanan global terhadap isu lingkungan menuntut sektor ini terus beradaptasi.
Forum seperti IPOC menjadi ruang penting untuk memperkuat posisi Indonesia di mata dunia.
Dengan inovasi, transparansi, dan kerja sama lintas negara, Indonesia bisa menjaga keseimbangan antara ekonomi dan ekologi.
Melalui penerapan teknologi modern dan sertifikasi berkelanjutan, sawit nasional diharapkan semakin tangguh menghadapi tantangan global.
Para pelaku industri optimistis bahwa masa depan sawit Indonesia masih cerah.
Permintaan dunia terhadap produk ramah lingkungan terus tumbuh, dan minyak sawit berpotensi menjadi solusi energi hijau masa depan.
Kesimpulan
Indonesian Palm Oil Conference bukan sekadar acara tahunan, melainkan pusat kolaborasi global untuk masa depan sawit.
Melalui forum ini, Indonesia menunjukkan komitmen dalam menjaga keberlanjutan dan daya saing industri.
Dengan kerja sama antara pemerintah, pengusaha, dan akademisi, industri sawit akan terus berkembang sebagai sumber energi hijau yang berkelanjutan.
IPOC menjadi simbol bahwa inovasi, kolaborasi, dan tata kelola yang baik mampu membawa Indonesia menjadi pemimpin dunia dalam industri minyak sawit.k membawa industri sawit menuju masa depan yang inklusif, hijau, dan berdaya saing tinggi.

Cek Juga Artikel Dari Platform kalbarnews.web.id
