revisednews – Tiga siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, dan lemas usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dibagikan dalam rangka program pemerintah. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor saat ini masih menunggu hasil laboratorium untuk memastikan penyebab gejala yang dialami para siswa.
Kepala Dinkes Kabupaten Bogor, Fusia Meidiawaty, menjelaskan bahwa gejala yang muncul pada ketiga siswa tidak secara langsung mengarah pada indikasi keracunan makanan.
“Mual, muntah, dan lemas bisa terjadi pada anak-anak yang mengalami gangguan pencernaan. Gejala yang muncul tidak khas keracunan makanan, sehingga belum bisa disimpulkan penyebabnya tanpa uji laboratorium,” ujarnya.
Menurut Fusia, sampel makanan yang dikonsumsi oleh para siswa telah dibawa ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) untuk dianalisis lebih lanjut. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap sampel muntahan siswa yang dirawat. Hasil uji laboratorium diperkirakan akan keluar dalam dua pekan ke depan.
Menu MBG yang dikonsumsi berasal dari penyedia yang sama (SPPG), dan disajikan kepada seluruh siswa di SD Negeri Megamendung. Total ada 107 siswa yang mengonsumsi makanan dari penyedia tersebut di sekolah itu. Namun, hanya tiga siswa yang menunjukkan gejala mual dan muntah.
“Dari sekitar 2.000-an penerima MBG dari sembilan sekolah yang menggunakan SPPG yang sama, hanya tiga siswa di SD ini yang melaporkan gejala,” jelas Fusia.
Kepala Polsek Megamendung, AKP Yulita, membenarkan bahwa peristiwa terjadi tak lama setelah para siswa menyantap makanan MBG usai pelaksanaan upacara Hari Kesaktian Pancasila. Ketiga siswa yang mengalami gejala langsung dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.
“Mereka mengalami mual dan muntah dalam waktu singkat setelah makan. Tapi sejauh ini kondisi mereka sudah mulai membaik,” ujar Yulita.
Ia juga menambahkan bahwa tim dari Dinkes telah datang ke lokasi untuk melakukan pemeriksaan awal dan mengambil sisa makanan sebagai bahan uji laboratorium. Hingga saat ini, belum ada siswa lain yang mengalami gejala serupa.
“Jadi belum bisa dipastikan apakah ini keracunan atau hanya gangguan kesehatan biasa. Kita masih menunggu hasil resmi dari lab,” imbuhnya.
Program MBG merupakan inisiatif pemerintah untuk meningkatkan asupan gizi anak sekolah. Namun, peristiwa ini memunculkan pertanyaan mengenai standar penyimpanan, distribusi, dan pengawasan mutu dari makanan yang disediakan dalam skala besar.
Penutup
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan menunggu hasil uji laboratorium guna memastikan penyebab gejala yang dialami siswa. Pemerintah juga terus memantau situasi dan akan mengambil langkah lanjut jika terbukti ada kelalaian dalam distribusi atau penyajian makanan MBG.
